Jumat, 06 Mei 2016

LAPORAN HASIL OBSERVASI ”Mengamati Kemampuan Guru dalam Mengembangkan kompetensi Sosial Emosional di TK Mutiara Bangsa”



DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................................     1
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Observasi .............................................................................      2
B.       Tujuan Observasi ..........................................................................................      2
C.       Metode observasi ...........................................................................................     3
BAB II
PENYAJIAN DATA dan PEMBAHASAN
A.    Pelaksanaan Observasi
1.      Lokasi Observasi.......................................................................................      4
2.       Waktu Observasi .....................................................................................      4
B.     Sajian Data
1.                  Profil Sekolah ............................................................................................    4
2.      Identitas Guru...........................................................................................      5
3.      Hasil wawancara Bersama Guru Kelas TK B ...........................................     5
4.    Hasil observasi kemampuan guru dalam membina hubungan dengan
     anak ...........................................................................................................     6
5.    Hasil observasi kemampuan guru dalam mengembangkan kompetensi
     sosial emosional anak ................................................................................     7
6.      Contoh praktek pengembangan kompetensi sosial emosional di sekolah...    8
7.      Foto Setting Kelas .....................................................................................    10
8.      Foto Sarana Sekolah ................................................................................      12
C.     Dasar Teori  ..................................................................................................        13
D.    Analisis Data ..................................................................................................      14
BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan ......................................................................................................   15
B.       Saran ................................................................................................................   15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................    16







BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Dalam mengembangkan kompetensi anak dalam sosial dan emosionalnya, orangtua dan guru sangat berperan penting dalam mengembangkan kompetensi tersebut. Karena waktu yang paling banyak bagi anak-anak adalah waktu ketika didalam keluarga. Dapat diakatakan waktu anak didalam keluarga adalah 70%, di sekolah 10%, dan di lingkungannya 20%. Oleh karena itu, dalam pengarahan atau bimbingan sangat perlu diberikan kepada anak-anak sejak usia dini agar pada usia selanjutnya, kepribadian anak terbentuk dengan baik dan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dilingkungannya.
            Setiap orang tua atau keluarga, memiliki cara yang berbeda dalam membentuk atau mengembangkan kompetensi sosial emosional anak, tidak hanya dalam kompetensi sosial emosional saja, namun juga kompetensi yang lain. Baik berupa aturan atau norma-norma yang berlaku didalam keluarga. Begitu pula dengan pihak sekolah seperti guru dan kepala sekolah, mereka menggunakan beberapa metode dan model pembelajaran yang dapat mengembangkan kompetensi tersebut. Seperti metode bermain peran, dengan bermain peran anak belajar untuk bersosialisasi secara langsung dengan teman yang lainnya. Selain itu, mereka juga dapat memahami berbagai macam jenis ekspresi.
            Jadi pada hakikatnya pihak keluarga, pihak sekolah atau pun lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan atau mengembangkan berbagai kompetensi yang harus dimiliki oleh anak. Karena pada usia mereka merupakan usia dimana perkembangan anak sangat pesat dan mudah menerima stimulus-stimulus di lingkungannya. Oleh karena itu, sebagai orang tua dan guru, harus menanamkan rasa sosial pada anak sejak usia dini.

B.     Tujuan Observasi
              Laporan observasi ini disusun selain untuk memenuhi tugas mata kuliah metode perkembangan sosial emosional, juga memberikan  wawasan dan pengetahuan baru bagi mahasiswa. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana Kemampuan guru dalam mengembangkan sosial emosional anak usia TK/RA, serta metode pembelajaran yang digunakan dalam mengembangkan sosial emosional anak.





C.     Metode yang digunakan
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data:
1.      Wawancara
           Wawancara bersama guru kelas TK B terkait tentang kemampuan dalam mengembangkan kompetensi soial emosional anak, serta penggunaan kurikulum dalam pembelajaran di sekolah.
2.      Observasi
          Mengamati guru kelas TK B dalam mengembangkan sosial emosional anak ketika pembelajaran berlangsung dan hubungan antara guru dengan murid.


























BAB II
Penyajian Data dan Pembahasan

A.    Pelaksanaan Observasi
1.    Lokasi Observasi
     Dalam observasi ini, penulis mengambil lokasi di TK Mutiara Bangsa, Jl. Bulak Kenjeran 1 Surabaya.
2.    Waktu Observasi
     Pada hari Sabtu, April 2016. Pada pukul 07.00-10.00 WIB.

B.     Sajian Data
1.    Profil Sekolah
  Nama TK : TK MUTIARA BANGSA
  Alamat : Jl. Bulak Kenjeran I
  Kode Pos : 60123
  Kelurahan:Kenjeran
  Kecamatan: Bulak
  Kabupaten/kota: Surabaya
  Provinsi:Jawa Timur
  Status: Swasta
  Kegiatan belajar mengajar: Pagi sampai selesai
  Bangunan TK: Balai RW03
  Ijin pendirian:
a.     Tanggal: 30 April 2001
b.    Nomer: 913/104 1/DS/2001
Akreditasi: B / Tahun 2006
Daftar Nama Guru
No.
Nama Guru
Jabatan
Ijasah
Jurusan
Keterangan
1.                      
Siti Soelichah, S.Pd
Kepala TK
S1
PPKn
Lulus tahun 2011
2.                      
Rosya Wulan Hariati
Guru Kelas A
SMA
IPA
Lulus Tahun 2006
3.                      
Erly Setyowati, S.Pd
Guru Kelas B
S1
PAUD
Lulus Tahun 2013



2.    Identitas Objek (Guru yang diamati):
Nama: Erly Setyowati, S.Pd
Alamat: Bulak Kali Tinjang Baru, No.3A SBY    
Tempat, Tanggal Lahir:Sby, 18-12-1974
Jabatan: Guru Kelas B
Pendidikan: S1 PAUD
No. Telp:085755742444


3.    Hasil wawancara bersama Guru TK Mutiara Bangsa
a.         Bagaimana cara mengembangkan kompetensi sosial emosional anak didik?
                      Dalam mengembangkan kompetensi sosial emosional pada anak-anak adalah melakukan pendekatan terlebih dahulu terhadap anak. Dengan seperti itu, guru dapat memahami karakter-karakter yang dimiliki oleh anak. Selain itu, dalam mengembangkan kompetensi sosial emosional anak, beliau menggunakan metode dan model pembelajaran yang dapat mengembangakan kompetensi sosial emosional anak. Seperti metode bercerita, dengan metode bercerita guru dapat melatih sosial anak, seperti halnya sebelum guru mulai untuk bercerita,  guru menjelaskan berbagai aturan dalam metode bercerita. Seperti contoh, anak-anak tidak boleh ada yang berbicara ketika guru  sedang bercerita kecuali guru mengizinkan anak-anak untuk bertanya. Dengan seperti itu, anak dilatih untuk belajar disiplin dalam mentaati peraturan.  Dalam segi emosionalnya, ketika guru bercerita, guru harus mampu menyesuaikan ekspresi atau mimik wajah dengan suasana yang ada dalam cerita, misalnya marah, sedih, gembira, senang, takut, dll. Dengan seperti itu, anak-anak akan tau berbagai jenis ekspresi.

b.        Pembelajaran yang seperti apakah yang dapat mengembangkan kompetensi   sosial emosional anak?
               Dalam mengembangkan sosial emosional anak beliau menggunakan pembelajaran sentra (pembelaran melalui permainan). Dimana dalam pembelajaran sentra terdapat pengarahan atau bimbingan yang diberikan oleh seorang guru. Sebelum permainan dimulai, guru  memberikan pengarahan atau pijakan kepada anak-anak tentang bagaimana cara bermain, bagaimana peraturan dalam bermain, apa saja yang dilakukan ketika permainan sudah selesai. Nah, dengan seperti itu,  kepribadian baik sosial ataupun emosionalnya terbentuk dengan baik. Secara tidak langsung, guru dapat melatih rasa kesdisiplinan dan rasa tanggung jawab kepada mereka melalui aturan-aturan tersebut. Sehingga anak dapat memahami dan mengetahui apa saja yang boleh dan tidak boleh untuk dilakukan dalam permainan tersebut. Misalnya, tidak boleh saling merebut alat-alat permainan, tidak boleh mendahului barisan, meletakkan alat permainan sesuai dengan tempatnya, saling tolong menolong apabila ada teman yang mengalami kesulitan dalam melakukan permainan. Dengan model pembelajara seperti itu, anak akan memiliki rasa tanggung jawab, kedisiplinan, tolong menolong, dan saling menghargai.
               Selain itu, guru membiasakan kepada mereka untuk melatih rasa saling peduli terhadap sesama. Seperti halnya, ketika jam istirahat sudah berbunyi tandanya pembelajaran sudah selesai, namun terdapat beberapa anak yang belum menyelesaikan tugasnya. Kemudian guru memberikan saran kepada mereka untuk membantu teman-temannya yang belum menyelesaikan tugasnya. Misalnya seperti ini “Anak-anak, kira-kira kalau ada teman yang belum selesai melakukan tugasnya, lalu apa yang kita lakukan? Mereka menjawab: Menolongnya bu”. Kemudian mereka langsung bergegas untuk membantu temannya yang belum selesai.   

c.         Apakah perencanaan pembelajaran dalam  mengembangkan kompetensi soial   emosional anak termuat dalam kurikulum sekolah?
               Iya, perencanaan pembelajaran yang beliau gunakan dalam  mengembangkan kompetensi soial emosional anak  sudah termuat dalam kurikulum sekolah .

4.      Hasil Observasi Kemampuan Guru Dalam Mengembangkan kompetensi sosial Emosional anak
          Berdasarkan hasil pengamatan yang saya lakukan terhadap Gru TK B atas nama Bu Erly Setyowati, S.Pd. Dalam mengembangkan sosial emosional anak sangat bagus. Ketika waktu istirahat, ada beberapa anak yang sedang bertengkar. Mereka bernama riko dan qobus. Qobus memilki sifat emosionalnya tinggi, sehingga ketika qobus dijahili oleh riko, qobus langsung memukulnya. Menurut guru kelasnya, peristiwa itu sering terjadi. Hal ini dikarenakan dari kurangnya perhatian serta bimbingan dari keluarga. Sebagai guru, beliau memiliki trik tersendiri untuk menangani hal tersebut. Seperti halnya, setelah mereka berkelahi, mereka diberikan hukuman ringan oleh guru. Mereka berdiri didepan kelas hingga mereka saling minta maaf dan berjanji tidak mengulanginya lagi. Setelah itu, guru memberikan pengarahan kepada anak-anak tentang peristiwa yang terjadi pada hari itu. Sehingga anak-anak dapat memahami bahwa hasil dari perbuatan buruk akan mendapatkan sanksi dan dapat merugikan orang lain. Dengan seperti itu, anak-anak tidak berani untuk melakuakn perbuatan hal yang buruk.
Selain itu, sebelum pembelajaran dimulai dan ketika sebelum pulang, beliau selalu mengingatkan anak-anak dengan hal-hal yang positif. Seperti halnya ketika sebelum pembelajaran dimulai beliau selalu mengatakan, “Anak-anak kalau pelajaran sudah dimulai, boleh atau tidak kita berbicara?” “Tidak boleh bu!” “Tapi kalau ada anak yang berbicara, lalu apa yang kita lakukan? apakah boleh kita memarahinya?” “Tidak boleh bu.. kita harus mengingatkan”. Apabila pertanyaan itu selalu disampaikan kepada anak-anak sebelum pembelajaran dimulai, maka anak-anak akan terbiasa untuk selalu mengingatnya.Dengan seperti itu,  anak-anak dapat menyesuaikan suasana ketika pembelajaran dimulai dengan suasana ketika pembelajaran sudah berakhir (istirahat).
Ketika sebelum pulang, beliau juga mengingatkan kepada anak-anak tentang apa saja yang harus dilakukan ketika sampai rumah. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir anak-anak yang kurang disiplin.

5.      Hasil Observasi Kemampuan Guru dalam membina hubungan yang positif dengan anak atau keluarga
                      Berdasarkan hasil pengamatan yang saya lakukan terhadap bu Erly dalam membina hubungan yang positif dengan anak atau keluarga (orangtua) sangat bagus. Dari hasil penagamatan saya, beliau selalu aktif dalam membina hubungan yang komunikatif dengan orang tua anak didik. Seperti halnya yang saya amati pada saat itu, apabila ketika bertemu orang tua atau keluarga dari anak didik disekolah waktu membayar SPP, beliau selalu memberikan penjelasan terkait tentang perkembangan dalam kemampuan belajar anak didik. Dengan seperti itu, guru dengan orang tua atau keluarga anak didik dapat menjalin hubungan dengan baik, sehingga dapat saling bekerja sama untuk meningkatkan atau mengembangkan kemampuan anak dalam kompetensi belajarnya.
               Tidak hanya dengan orangtua atau keluarga anak didik saja, namun hubungan  dengan anak didik juga sangat baik. Beliau sangat akrab dengan anak didiknya, bagaikan ibu dan anak sendiri. Beliau sangat peduli dengan setiap tingkah laku anak didik. Apabila anak didik melakukan kesalahan, beliau selalu menegurnya dan mengingkatkan agar tidak mengulanginya lagi. Dan apabila anak didik melakukan kebaikan seperti saling tolong menolong, membuang sampah pada tempatnya, berbagi makan bersama, beliau selalu memberikan pujian atau reward agar mereka selalu antusias untuk berbuat baik terhadap sesama.

6.              Contoh praktek pengembangan kompetensi sosial di sekolah

Sebelum pulang, guru memberikan pengarahan dan menanamkan sikap-sikap sosial yang baik pada anak.


Guru mengajarkan anak bagaimana sikap ketika berdoa

                      
Guru memberikan pengarahan kepada anak yang telah melakukan kesalahan terhadap temannya. Setelah mendapat pengarahan, mereka saling minta maaf.


Mereka dapat menyesuaikan sikapnya ketiak pembelajaran dimulai.







7.              Foto Setting Kelas
                 
Tata Tertib TK Mutiara Bngsa dan Struktur Lembaga
            
Tema Semester 1 dan 2

Sudut0sujdut Kegiatan










8.      Foto sarana sekolah
Kamar Mandi dan Kantin

Area Bermain




C.      DASAR TEORI
       Menurut Albert Bandura  dalam teorinya belajar sosial yang menekankan observational learning sebagai proses pembelajaran, yang mana bentuk pembelajarannya adalah seseorang mempelajari perilaku dengan mengamati secara sistematis imbalan dan hukuman yang diberikan kepada orang lain.
Kondisi lingkungan sangatlah berpengaruh dalam pembentukan sosial emosional individu. Keadaan lingkungan akan menimbulkan reaksi – reaksi tersendiri dari individu tersebut.Yang dapat memberikan stimulus terhadap individu untuk melakukan sesuatu berdasarkan apa yang mereka lihat , cermati , dalm lingkungan tersebut.
Kemudian reaksi – reaksi yang ditunjukkan oleh individu tersebut akan memberikan penilaian tersendiri terhadap dirinya sendiri,dan karakteristik dari individu tersebut akan memberikan penilaian tersendiri dari orang lain.
Komponen – komponen tersebut salimg berhubungan antar komponen yang lain ,dan saling timbal balik, menerima dan memberi.Tidak akan tercipta pembelajaran sosial jika tidak ada lingkungan , individu , dan aksi reaksi sebagai akibat dari adanya stimulus yang ada.
Dalam pembentukan sosial emosional lingkungan dalam keluarga sangatlah penting untuk anak-anak sejak usia dini. Clause mendeskripsikan tentang upaya yang dilakukan oleh orang tua dan guru dalam rangka sosialisasi dan perkembangan sosial serta emosional yang dicapai anak, sebagai berikut:
1.      Mengajarkan tentang budaya dan nilai-nilai agama
2.      mengembangkan keterampilan interpersonal, motif, perasaa, dan perilaku dalam berhubungan dengan orang lain.
3.      membimbing, mengoreksi, dan membantu anak untuk merumuskan tujuan dan merencanakan aktivitasnya.








D.    Analisis Data
      Berdasrkan hasil observasi yang saya lakukan, dalam pengembangan sosial emosional yang diterapkan oleh guru tersebut sesuai denag teori belajar yang dikemukakan oleh Albert Bandura bahwa dalam lingkungan sangat mempengaruhi sosial emosional anak. Dari lingkungan, anak dapat mengamati, mencermati dan dapat menilai dari apa yang telah mereka amati.
      Seperti halnya yang terjadi ketika waktu  istirahat, terdapat dua orang anak yang saling berkelahi. Berdasarkan pengamatan saya,ada beberapa anak yang berusaha untuk melerai mereka. Namun mereka tidak mampu untuk melerai.  Sehingga mereka memeberitahukan kepada guru untuk melerai mereka. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh albert bandura,  dimana lingkungan tersebut dapat menimbulkan reaksi-reaksi tersendiri dari individu (anak) yaitu berupa upaya untuk melerai temannya yang berkelahi.
      Kemudian guru memberikan pengarahan kepada mereka sekaligus hukuman ringan agar mereka tidak mengulang hal itu lagi. Dengan seperti itu, mereka dapat mengamati apa yang dilakukan oleh guru terhadap dua anak tersebut dan menilai bahwa perbuatan buruk tidak boleh dilakukan, apabila hal itu dilakukan pasti mendapatkan hukuman dan dapat merugikan orang lain. Misalnya bisa terluka, sakit, dll.
      Hal itu sering terjadi di sekolah, karena setiap anak memiliki lingkungan dan bentuk
sosial emosional yang berbeda-beda. Anak yang memiliki sifat emosional yang tinggi  disebabkan oleh kurangnya bimbingan serta pendidikan dalam keluarganya atau dapat disebabkan karena sikap orangtua yang overprotective. Sehingga dapat menyebabkan anak tersebut merasa frustasi. Rasa frustasi inilah merupakan bentuk dari pelampiasan emosi anak kepada temannya, jika temannya mengganggu dia. Oleh karena itu, pembentukan sosial emosional lingkungan dalam keluarga sangatlah penting untuk anak.
     









BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
    Berdarakan hasil observasi yang saya lakukan terhadap guru kelas TK B.Dalam mengemabngakan kompetensi soial emosional anak sesuai dengan teori belajar yang dikemukakan oleh Albert Bandura, bahwa anak-anak belajar melalui linglungan yang mereka amati. Misalnya telah berbuat kesalahan, Guru harus mengingatkan serta memberikan pengarahan terhadap apa yang telah terjadi.Apabila kesalahan itu dapat mengekibatkan hal yang membahayakan (berkelahi)  untuk anak yang lain, guru memberikan sebuah hukuman ringan agar mereka tidak mengulanginya lagiDengan seperti itu, anak-anak dapat membedakan mana yang boleh dialkukan dan mana yang tidak boleh untuk dilakukan. Sehingga dalam mengembangkan kompetensoi sosial emosional anak, guru dapat mengambil dari peristiwa yang telah terjadi pada hari itu.
    Selainitu, guru selalu mengingatkan  dan melakukan pembiasaan kepada anak-anak untuk selalu berbuat baik terhadap sesama (Orang tua, teman sebaya, hewan, dan tumbuhan). Dengan sperti itu anak-anak dapat terlatih sosial emosionalnya dengan baik.
    Kemampuan dalam membina hubungan yang positif dengan pihak keluarga (orangtua) dan anak didik sangat baik. Dimana guru selalu berperan aktif dalam memberikan penjelasan terkait tentang perkembangan dalam kemampuan belajar anak didik.  Sehingga secara tidak langsung, orang tua juga dapat memantau di setiap perkembangan belajar anak .

B.     Saran
    Dengan adanya laporan ini, penulis berharap adanya saran serta kritik guna menjadikan penyusunan laporan ini menjadi lebih baik untuk penyusunan selanjutnya. Selain itu, penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat untuk semuanya.










DAFTAR PUSTAKA

          Yusuf, Syamsu.2012.Psikologi Perkembanagn Anak dan Remaja.Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

            Saleh Rachman,  http://rachmansaleh.blogspot.co.id/2014/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html  Diakses pada Selasa, 04 Februari 2014




























3 komentar:

  1. How to Play Baccarat for Real Money | Baccarat Rules
    When playing with Baccarat online, 바카라 사이트 you will not only learn how to play, but 바카라 also how you 제왕 카지노 can play at the casino where you can play online Baccarat.

    BalasHapus
  2. Lucky Club: Live Casino and Sportsbook Review
    Lucky Club has been a luckyclub.live successful online gambling site since 2018. The site has a great reputation for its amazing customer service and generous signup bonuses. Rating: 3.7 · ‎Review by LuckyClub.live

    BalasHapus
  3. The Grand Casino Resort | Biloxi, MS - JTM Hub
    Welcome 과천 출장샵 to The Grand 광주 출장마사지 Casino Resort. Located just 구미 출장안마 20 minutes from Biloxi, The Grand Casino is a short drive from Memphis International 제주 출장마사지 Airport. 서울특별 출장안마

    BalasHapus